genap 1 minggu sudah setelah aku, Murni, Vita, Dimas, Anton, Aris, Ali, Lukman, Adlan, Enggal dan Moelen melakukan pendakian ke Gunung Merbabu. aku pun masih rasa gak percaya aku bisa ikut dalam perjalanan itu. secara udah jam 9 malem aku tiba-tiba ngasih tau mereka kalau aku ikut. padahal sebelumnya aku merengek-rengek biar mereka gak jadi berangkat, lantaran aku ga bisa ikut karena sedang ada bapakku di Jogja. gak enak sebenernya meninggalkan beliau. tapi apa boleh buat ketika beliau bilang, "daripada hatinya ngganjel, mending ikut temen-temennya" aku tersenyum dalam hati. bapak yang bilang lho ya. hahahaha.
setelah mengambil jaket untuk suhu rendah di kos masku, lantas aku langsung ke kosnya anton, karena murni dengan excited-nya nyuruh aku ke sana. yaudin, sampek disana aku langsung diberondong pertanyaan perlengkapan apa aja yang mau dipinjem buat besok. ransel/carrier 60L, sleeping bag, matras, sama raincoat pun dipesan.
dikamar anton malam itu ada ali, murni, aris dan aku. disaat temen-temen sibuk apalah aku juga bingung merek sibuk apaan, aku termangu, bengong, aku masih gak percaya aku bakalan ikut mereka. seneng banget? nggak juga, biasa aja. aneh memang. hahaha. *ketawa gak penting*
aku sendirian. tidur-tiduran. ali sama aris beli roti bakar. aku lupa murni kemana. jam berapa gitu lukman dateng pentantang-petenteng nanyain ngapain aku disana, disusul anton dan dimas yang membawa perlengkapan entahlah apa yang mereka bawa. kemudian ali dan aris bawa roti bakar blueberry. sikaaaaat! kamar anton pun penuh dengan orang.
sudah hampir tengah malam, murni pulang, aku pun bersiap pulang. tapi aku masih pengen di sana. sempet ngobrol sama anton, dia bilang "tak kirain kamu gak ikut eh." aku pun masih gak percaya, anton! ditambah pula dengan dimas yang masih pengen tau kenapa aku pengen ikut. ah sudahlah, alasan hanya alasan. bisa dibuat-buat kan?! ehem.
pagi menjelang, aku buka laptop dan browsing perlengkapan naik gunung. aku mulai packing barang-barang yang dibawa sesuai petunjuk. war wer war wer aku keluar masuk kamar. okelah ini cerita gak penting. singkatnya jam 11 pun aku sudah disuruh ke kosnya anton untuk ngumpul. dan packing sebenarnya, secara cerrierku di sana.
packingku selesai dengan bantuan ali. *tepuk tangan* jam berapa gitu murni datang sama vita. langsung packing-packing ababil. rempong seperti biasa. semuanya sibuk. aku cuma jadi penonton. aris sama ali bolak balik beli air minum, keluar lagi beli sepritus. saat semua sudah datang anton dan dimas yang belum datang. ah, paling lama deh nungguin mereka. setelah datang membawa matras, pergi lagi entah kemana. dan ternyata mereka belanja ke mirota, kemudian anton pulang untuk mandi, murni disuruh jemput dimas yang masih disana. dan kemudian murni disuruh nunggu dimas mandi dan tetek bengek. alhasil, hampir jam 2 kita baru berangkat. jam 2 atau jam 3 ya? lupa, pokoknya antara itu lah.
fiuh, akhirnya berangkat juga. setelah isi bensin, cek ini cek itu, rombonganpun berangkat. dan entah mengapaaa kita kelewatan. absurd maksimal. rencana sih mau lewat ketep karena mau naik jalur selo. tapi kita udah mau nyampe plang "selamat jalan" di kota Magelang. apa-apan! yaudin, setelah nanya-nanya, kita putar arah. kelewatan adoh, cah!
lagi, setiap berjalan (naik motor) ke ketep, motorku mesti semangat. dia harus kuat. karena jalannya nanjak dan muter-muter miring-miring. sabar ya, piter. belum lagi aku membawa carriernya dimas yang luar biasa berat karena dia bawa tenda. ngok banget lah pokoknya. hampir jam 5 lewat, kita berhenti sebentar untuk sholat ashar. yang aku liat sih di kejauhan ada tulisan NEW SELO. mirip-mirip tulisan HOLLYWOOD gitulah. gede, putih, dan dibukit.
turun dari motor, kakiku kemeng. kesemutan. dan kedinginan. asem lah pokoknya, waktu wudhu yaamprong itu airnya gak bisa diukir dengan kata-kata! damn coldest!!! rampung sholat, kita lanjut menuju basecamp. si piter mesti berkuat diri lagi. semangat, piter! jalannya nanjak parah. sampe di basecamp kita sholat maghrib berjamaah. uw, dingin! rampung solat, makan nasi telor tempe tahu dengan teh anget. nyum nyum nyum. cepet banget udah masuk waktu solat isya. rampung solat isya kita pun berkemas. kita berangkat malam ini.
|
makan malam bersama |
setelah berdoa bersama, tos hore bareng-bareng, bismillah! berangkat! gak punya senter? tenang, ada dimas yang bawa korek api senter yang sudah disiapkannya. uw, baik bet. wkwkwk. pemanasan? gak ada aku. cuma goyang-goyang kaki sebentar. sampe digerbang jalur pendakian selo nafasku udah empot-empotan. jijik! hih! cupu! mana belum nyampe pos 1 pun si vita udah bilang, "kamu deg-degan gak? aku deg-degan nih." aku pun menjawab, "ya sama, kalo gak deg-degan, jantungku berenti dong?!" jawaban minta dijitak emang.
perjalanan pun lanjut. yang lain udah pake salonpas ditempelin di hidung. aku gak mau karena aku gak suka baunya. alhasil, setelah istirahat kedua, aku bersin-bersin menjijikan. 20kali ada kali tuh. akhirnya hidung meler dan aku minta dipasangin salonpas dihidungku.
cukup banyak kami berhenti untuk menetralisir detak jantung dan pengambilan napas. apalagi buat aku sama vita yang baru pertama kali naik, cewek pula. kurang keren apa lagi? #halaaahhh. mungkin setelah melewati pos 2, kami mulai mengenakan jas ujan, ponco, raincoat, dkk karena mulai gerimis. daripada gembrobyos ning dalan, mending pake sekarang. yuk mari. lanjut perjalanan, jalan makin nanjak. tanah mulai basah dan licin. mantep. angin bertiup kencang. berdiripun rasa tak mampu.
ali, murni, vita dan aku sukses merangkak bebas menuju ke atas. sukses kepleset, medannya jos gandos benerlah. ehhh pasnya kita udah di atas, cowok-cowok malah cari jalan lain yang lebih cantik. acem acem. wanita dijadikan kelinci percobaan.
hingga akhirnya sampailah kita di tugu in memorian. jadi sebelumnya si dimas yang bertugas nyari-nyari jalan eh ternyata dia malah berjumpa dengan benda berkeramik tersebut. sebagai tanda permisi, ya kita berdoa bersama-sama di sana, biar almarhum di terima di sisi-Nya. amin. setelah itu perjalanan pun di lanjutkan.
angin makin kenceng. kami pun memutuskan berhenti sejenak. bisa dibilang hamparan rumput agak lebar. duduk sepewe mungkin dan akhirnya tertidur sejenak. bukannya berhenti, dimas murni aris malah tetep naik. katanya sih mereka cari tempat buat diriin tenda. entah berapa lama kami terdiam di sana. badai menerpa. dan aku baru tau kalau itu yang dinamakan badai.
lama tak mendengar suara ketiga bocah itu, rombonganpun mulai bergerak lagi. dengan enggal yang berada paling depan, secara senternya udah kaya sokley. bener-bener kayak naik gunung (ya emang naik gunung!) Enggal teriakin nama dimas, dan sahutan pun ditandai dengan lampu goyang-goyang di atas sana. kita pun mulai jalan mengikuti arah lampu.
lagi-lagi merangkak, mencengkram tanah basah. kuku tangan kotor bukan soal. tapi ya tetep dalam hati "ya ampun kukuku item, iyuuuwh" oke, lupakan ini.
dan sampailah aris si ketua suku memutuskan untuk berhenti dulu sampai badai reda. aris, adlan, lukman duduk bertiga jejer di tanah yang cukup rata dan cukup lebar. sementara sisanya duduk di jalan. ya, jalan buat lewat itu, carrier sebagai bantal yang sangat nyaman. aku dan vita pun duduk berdua dibawah naungan jas hujan agar angin badai yang menerpa tak langsung menusuk dan merobek kulit kami. lebay bet dah bahasanya. -____-"
hening. semuanya tidur. hanya ada suara angin. beberapa kali aku terbangun dan melihat sekitar. lihat temen-temenku yang tak berdaya diterpa badai. setelah itu aku kembali menutup mata. tiba-tiba si vita mendekat dan bilang "aku ikutan dong" heeek, perasaan udah dari tadi aku kasihin biar gak kena angin. yaudin, kita sambil ngobrol gitu. dan tiba-tibanya lagi si murni manggil namaku dan pengen ikutan juga masuk ke "tenda abal-abalku".
murni kedinginan. badannya bergetar. badannya hampir kaku. omaigat, seketika aku mengeluarkan korek untuk dinyalakan, siapa tau bisa memberikan rasa hangat. daaan ternyata gak bisa, koreknya basah, tanganku juga hampir beku. alhasil kita gosok-gosokan tangan. kusuruh murni mendekat dan bersender di pundakku, kurangkul tubuhnya yang lebih besar dariku. ya Allah, semoga gak papa, pikirku.
dan akupun mendengar suara si aris yang entah ngobrol sama siapa. dengan sekuat tenaga aku panggil namanya. aris aris ariiiiiis. dan dia cuma bilang "opo?" aku pun menjawab, "ini loh murni kedinginan, badannya hampir kaku, tolongiiiiin" aku stres mendadak. aris pun berinisiatif mendirikan dua carrier sebagai "patok" untuk mengaitkan jas ujan yang udah dilebarkan.
sumpah ya, nyuruh murni untuk bergerak kesana itu bikin emosi. dia kedinginan dan gak bisa gerak, sementara aku juga gak kuat untuk membopongnya. mana lagi para cowok gak ada yang bantuin. kepeeeet! alhasil murni udah kaya diseret-seret biar bisa tidur dengan cukup nyaman, agak tanpa terkena angin.
kehengingan berubah keributan. aris pun memanggil ali, anton dan dimas yang posisi tidurnya lebih atas dari kami. cukup lama mereka turun. dan itu cukup membuatku tambah stres. lukman yang awalnya diem ngowoh nyebelin, ikutan bantuin aris. aku juga gak tau mereka ngapain. oh ya, para cowok-cowok bikin dome dan akhirnya putus asa karena selalu diterpa angin. akhirnya dome pun dilempar begitu saja diatas murni yang dikelilingi aku, vita, lukman, dimas dan adlan.
badan murni terus bergetar, aku dan vita terus menggosok badannya. sementara tiga cowok itu menggosok bagian kaki. omaigat! posisiku gak enak banget. duduk diselokan dan angin terus masuk. sleeping bag pun dibuka untuk menghangatkan tubuhnya. tapi 1 hal yang salah di sana. jas hujan dan sepatu gak dilepas! ommaigat! setelah dicopot, mengangkat tubuh murni agar masuk dalam sleeping bag. sumpah beraaaaat! tapi ya namanya juga temen. anything!
aku pun teringat ucapan masku sewaktu aku minta ijin untuk mendaki. jangan sampai kena hiportemia. penyakit itu mendadak datang dan kalau bagian dada sudah tidak bisa bergerak, jantungpun berhenti. soalnya dulu waktu di sampit, aku pernah menggigil tanpa sebab. jadi ya wajar bapak, mama, dan masku khawatir akan hal itu. Ya Allah...sembuhkan murni. hilangkah rasa dingin ditubuhnya. pindahin aja ke aku. dan benar, akhirnya aku ikut menggigil. tanganku semakin dingin. tapi terus saja kugosokan ke punggung murni. sampai akhirnya aku pun tertidur.
pas bangun, kulihat murni yang sedang tidur pules tanpa menggigil. aku keluar dari lembaran dome itu, melihat langit yang sudah terang. aris dan ali sibuk memasak. yang lain tidur dengan dome, ada juga yang nyoba mendirikan dome, tapi gagal.
|
dua koki rombongan |
hanya sejenak menghirup udara, aku masuk lagi. dengan 1 nesting, aku dan vita makan bersama. nestingnya ditaro didada murni, biar dia anget. murni gak mau makan pas ditawarin, yaudin kita berdua doang yang makan. itupun gak abis.
jam setengah 8 pagi, murni membuka mata dan berucap, "aku mau pipis" okeeeey, alhamdulillah dia udah gak kedinginan! yeha! kopi buatan aris ali pun mulai dinikmati. yah anggap aja paling enak deh. giliran kita udah bangun, eh si moelen sama adlan malah tidur berdua dengan sleeping bag. ya Tuhan. dasar bocah.
murni pun mulai pengen makan, si aris memasakkan layaknya seorang ibu. nyunyunyu. dimas dan murni udah kayak anaknya. mereka pun makan bertiga. uh so sweet. hahahaha
okeeeey, tiba saatnya untuk turun. setelah bersih-bersih, packing packing, kami pun meluncur turun. serius meluncur nek aku. licin bet tauk, duduk indah di tanah, kemudian perosotan. srooooot. gak peduli kotor. punya orang ini. hahahahaha.
|
on the way "perosotan" |
sesampai di padang rumput, dengan dipelopori oleh anton, aku pun ikut tidur. sebab itu rasa ngantuknya bikin gak kuat. dan ternyata setelah aku bangun, yang lain juga pada tidur. kompak banget lah. setelah tenaga terkumpul, lanjut perjalanan. dan aku baru sadar, kenapa jalannya beda kayak malam tadi sih? ya, karena malam tadi kami tersesat. hahahahaha.
|
bos anton |
|
bobo bareng |
waktu turun ini semuanya udah gak kompak lagi, ada yang duluan, ada yang di tengah, ada yang dibelakang. dan aku termasuk yang dibelakang. ngirit tenaga ceritanya. ditambah betis kiriku sakit pula. tambah lelet lah itu jalanku. dan akhirnya beristirahat cukup lama di jalan yang agak lebar. si aris sempet-sempetnya ngerokok, anton ngemil, aku difoto dan ali si tukang foto. hahahaaha. tapi disitulah kakiku bener-bener kemeng dan kepalaku mulai muter.
antara ngantuk, pegel, kaki kemeng, kepala muter, badan gak seimbang, jadi satu. rasanya sesuatu bangetlah pokoknya. dan akhirnya sampai juga di plang nama jalur pendakian selo. berapa kali jepret di sana habis itu cus ke basecamp.
rebahan bentar sambil ngunggu antri mandi dan tetek bengek. dan ternyata sudah hampir jam 2 siang nyampe basecamp. di sana lanjut tidoooor. bangun-bangun ke kamar mandi, ganti semua, habis itu solat abis itu makan. ketiga bocah adlan, moelen dan enggal pulang duluan. sisanya masih main kartu dan aku yang sedang makan sendiri.
jam setengah 5 apa jam 5 gitu kita pulang ke jogja. jalan yang tadinya naik, sekarang nurun. okei, kebayanglah susahnya nahan badan yang dibebani carrier. sampe daerah ketep apa ya, itu kabutnya luar biasa. jarak 3 meter apa ya, gak keliatan apa-apa. keinget deh waktu dulu pulang dari air terjun kedung kayang sore-sore.
setelah melewati jalan yang berliku, menurun, naik, berbelok, akhirnya sampe juga di jalan magelang. dan tiba-tiba, motorku oleng, goyang-goyang gak jelas. lantas kantukku hilang entah kemana. pas berhenti, eh didepannya tukang tambal ban. dan ternyata yang buat masukin angin itu yang copot dari bannya. hedeh, uang 25ribu pun menjadi pendapatan si bapak tukang tambal ban. dan hari pun hujan, setelah mengenakan jas hujan, aku sama dimas lanjut pulang ke jogja. sampai di kos anton, ada murni, vita, aris, ali dan anton yang lagi asyik cerita. aku datang nyopot jas ujan, dan langsung rebahan. niatnya sih rebahan, eeeeh gak taunya ilang. bangun-bangun udah jam 9, udah gak ada lagi temen-temen di kamar itu. cuma ada aku tok. dan waktu mau pulang, tasku udah terisi barang-barangku sepenuhnya. oh temen-temanku yang baik. para anak cowok tadi lagi beres-beres di luar ternyata.
aku pun berpamitan. begitupula dengan tulisan ini. salam! sampai ketemu di cerita selanjutnya! yeayy! >.<
"kita memang tidak menapaki puncak.
namun disanalah puncak kepedulian kita terhadap sesama..."