senja itu aku kembali melihatmu.
meski tak berani menatap sepasang mata dibalik kacamatamu.
kita dekat, tapi kita jauh.
namun aku terus berdoa
agar takdir kita bertabrakan, walau setipis kapiler.
ya, kapiler yang tentu saja sangat berarti.
walau sempat terbesit membuangmu, memori itu terus ada.
mengalir. dan terjaga.
menunggu? ya, itu yang kulakukan.
menunggu apa dan untuk apa?
kamu.
untuk bersamaku.
0 komentar:
Posting Komentar